Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Diki Riswandi N. Saya alumni dari Universitas Brawijaya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Saya berjanji pada diri saya dan Allah bahwa ketika saya lolos seleksi substansi LPDP, saya akan membuat tulisan ini. Tulisan ini akan berisi tentang sharing perjuangan saya untuk mendapatkan beasiswa yang sedang naik daun ini. Tulisan ini adalah bagian dari tiga dari tulisan saya tentang LPDP.
=============================================================================
Setelah dinyatkan lulus administrasi, siap-siaplah untuk mendapat email jadwal seleksi substansi, kebetulan saya kemarin memilih kota Surabaya untuk testnya. Ada banyak pilihan kota yang bisa dipilih, seperti Jakarta, Bandung, Jogja, Medan, dan Makassar. Dalam test substansi ini ada tiga test yang harus dilalui; On the spot essai, LGD (Leaderless Group Discussion), dan Wawancara. Untuk seleksi substansi sendiri saya hanya dapat jadwal satu hari (dari tiga hari yang disediakan oleh LPDP tgl. 26 – 28 Agustus 2015), jadwal test saya tanggal 26, pagi jam 08.20 : seleksi essai; 09.20 : LGD; dan 15.20 : seleksi wawancara. Nah, setiap peserta mempunyai jadwal yang berbeda-beda yah, nanti ada jadwalnya sendiri kok, gak usah dipikirkan :D.
Nah, saya juga mau cerita sedikit tentang pengalaman dan perjuangan saya selama tinggal di Surabaya. Saya berangkat ke Surabaya dari Malang tanggal 25 Agustus, atau lebih tepatnya H-1 pelaksanaan test. Sesampainya di Surabaya, saya langsung menuju Gedung Keuangan Negara tempat dimana saya test nantinya. Setelah memastikan tempat nya benar, saya langsung mencari kost harian di sekitar bangunan ini, sayangnya kebanyakan kostan ternyata sudah penuh di booking orang yang sepertinya mau test LPDP juga (nah ini bisa dijadikan pelajaran juga yah buat kalian yang mau test) karena saya memang kurang tau daerah sana dan gak ada teman di daerah Surabaya utara sana. Sekali-kali saya menemukan kostan kosong tapi tarifnya sangat mahal sekitar 150 – 250rb/malam (bagi saya ini sangat mahal sekali :D) dan ada yang murah tapi harus bayar perbulan, waduh sesuatu kan. Akhirnya pencarian saya sementara harus saya akhiri sembari sembahyang dzuhur di salah satu masjid sekitar daerah itu. Tanpa sengaja saya bertanya kepada seorang bapak bernama Abah Hasan (yang ternyata diakhir cerita saya tahu kalau beliau adalah pendiri masjid tersebut) untuk mencari kosta harian, setelah bercakap lumayan panjang akhirnya beliau menyuruh saya untuk menginap di masjid saja (alhamdulilah kebetulan mesjidnya ada kamar buat penjaga masjid yang kalau malam beliu pulang ke rumahnya, dan otomatis kamarnya kosong, Alhamdulilah). Dan akhirya saya tidak harus mencari kos-kos an harian, dan mungkin ini jalan Allah juga agar saya bisa mendekatkan diri lebih dekat denganNya J.
Baiklah, setelah bercerita, saya akan mulai cerita tentang testnya sesuai dengan jadwal saya, hehee
On the spot Essai
Jujur pada saat test, saya belum punya gambaran sama sekali mengenai test ini, karena mencari online pun belum ada peserta yang membuat artikel yang berisi mengenai test ini, mungkin karena ini adalah periode pertama yang menggunakan test on the spot essai. Sebagai gambaran, pada jam 7 pagi kita semua sudah dikumpulkan di sebuah hall di lantai 7 GKN untuk mendapatkan sambutan dan pengarahan mengenai test hari itu. Setelah mendapat pengarahan, 18 orang pertama dipanggil untuk persiapan essai, dan salah satunya saya. Setelah 18 orang berkumpul, kemudian mengisi absen (awas ini penting yah, jangan lupa mengisi absen) dan kita diarahkan keruangan khusus untuk mengerjakan essai. Sebelum masuk ruangan, kami diabsen lagi oleh panitia, dan dipersilahkan masuk setelah absensi selesai. Didalam ruangan, peserta langsung duduk di salah satu kursi yang sudah disediakan (duduk bebas di kursi mana saja), dan dikursi peserta hanya boleh ada alat tulis saja, sedangkan tas dll. di simpan didepan ruangan. Didalam ruangan sudah ada satu orang panitia yang akan memandu jalannya test ini, dan dua orang pengawas yang selama test memang tidak ada interaksi dengan kami, para peserta.
Untuk testnya sendiri, kami disediakan kertas lembar jawaban dan selembar kertas soal. Ada dua soal yang harus dipilih sebagai tema essai. Saya tidak begitu ingat bagaimana redaksi soal tersebut tapi kedua soal itu kurang lebih seperti ini:
1. Banyak para ibu yang membawa bayinya saat mudik menggunakan kendaraan bermotor. Berikan tanggapan anda.
2. Dihapuskannya ujian nasional akan memberikan kesempatan orang tua untuk bermain mata dengan pihak sekolah. Berikan tanggapan anda.
Kurang lebih redaksinya seperti itu, dan saya memilih topic no 2 karena saya lebih paham mengenai hal-hal yang menyangkut pendidikan. Waktu mengerjakan essai adalah 30 menit. Tidak ada batas minimal atau maksimal kata yang harus ditulis. Setelah waktu 30 menit selesai, kami menginggalkan ruangan dan persiapan untuk LGD.
LGD
Dari 18 orang peserta pada saat test essai tadi, kami dibagi menjadi dua group sesaat setelah keluar dari ruangan, group A dan B. Saya masuk group B, dan kami langsung diarahkan ke ruangan untuk test LGD. Dengan waktu yang cepet antara perpindahan dari essai ke LGD, kami hanya berbincang-bincang sedikit saja, dan belum sempet untuk membuat sebuah rencana untuk LGD nanti, dan kami pun masuk ruangan LGD dengan tanpa ada kongkalilkong terlebih dahulu. Seperti biasa, di depan pintu masuk sudah ada panitia yang mengabsen kami dan setelah selesai diabsen dan memastikan semua peserta ada, kami dipersilahkan masuk ruangan. Di dalam ruangan sudah ada 2 orang ibu pengawas yang seperti dikatakan pihak panitia di pengarahan tadi, dua orang tersebut yang satu Psikolog dan yang satu lagi seorang Praktisi, tapi saya gak begitu yakin yang mana Psikolog dan yang mana praktisi.
Ketika masuk ruangan, sudah ada meja-meja dan kursi-kursi yang ditata secara melingkar, dan tempat duduk kami pun sudah ditentukan sehingga saya langsung duduk di kursi yang untuk saya, dan kebetulan kelompok saya itu ada nama yang tidak hadir dan kursi tersebut tetap dikosongkan.
Setelah semua peserta duduk, salah satu dari Ibu pengawas menghampiri kami, dan memberikan intruksi untuk proses diskusi dengan memberikan satu lembar kertas berisi berita dari Koran TEMPO dan satu lembar kertas kosong untuk coret-coretan. Dalam LGD ini tidak wajib menujuk satu pemimpin atau notulen, itu tergantung kesepakatan diforum aja. Ketika waktu 45 menit sudah dipersiapkan, salah satu teman pun mulai membuka pembicaraan, saya belum berani membuka takutnya saya salah dan saya lebih suka melihat karate-karakter teman sekelompok saja dulu sebelum mulai bicara.
Pertama tama yang saya lakukan adalah membaca instruksi dan berita yang disajikan untuk LGD ini. Setelah membaca topic dari artikel, saya sudah mulai hopeless, ternyata topik yang keluar bukan lah topik dibidang yang saya pahami yaitu bidang pendidikan. Topik LGD pada saat itu adalah tentang “import dan export jagung” dalam perintahnya disebutkan bahwa kami adalah sekumpulan ahli dibidang pangan khususnya jagung diminta untuk mengusulkan kepada presiden apakah efektif atau tidak ketika kita memberhentikan impor jagung melihat sudah terpenuhinya kebutuhan jagung didalam negeri.
Jujur, selama proses LGD saya hanya berbicara yang melintas dipikiran saya saja tanpa memikirkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan pangan, terutama jagung. Berbeda dengan salah satu temen diskusi saya yang memang berasal dari fakultas pertanian, dia lebih mahir berpendapat mengenai topik ini. Pada saat itu saya memang merasa sangat bodoh sekali dan gak yakin kalau nilai LGD saya bakal bagus. Disisi lain, walaupun saya tidak tahu mengenai ilmu yang pastinya, tapi saya mencoba untuk memberikan tanggapan terhadap pendapat-pendapat teman group. Tak terasa waktu untuk LGD sudah selesai, dan kami pun meninggalkan ruangan untuk istirahat dan persiapan test wawancara.
Wawancara
Untuk wawancara, saya dapat jadwal jam 15.20, dan untuk validasi baru bisa dimulai pukul 13.00. Jadi inget yah, jangan lupa validasi dulu sebelum masuk keruang wawancara, karena kalau belum ada tanda validasi nanti tidak diperkenankan untuk wawancara. Selesai validasi, akhirnya tiba saatnya nama saya di panggil untuk masuk ke ruang tunggu (ruang tunggu ini khusus bagi yang persiapan mau di panggil masuk ruang wawancara). Diruang tunggu ini sudah banyak teman yang dari group wawancara lain (ada group wawancara 1 – 13) dan saya ada di group wawancara no 7. Owh iya, jangan dibayangkan kalau wawancara akan dilakukan diruangan kecil dan hanya peserta dan interviewer aja, interview dilakukan diruangan yang besar dan terdiri dari beberapa kelompok interview, setiap kelompok interview ada 3 orang interviewer yang sudah siap menunggu. Setalah kurang lebih 30 menit menunggu, akhirnya saya masuk ruangan dengan perasaan yang campur aduk gak karuan, tapi saya tetap fokus dan fokus terhadap wawancara dan mengingat-ingat apa saja pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan seperti yang banyak di share oleh awardee sebelunya di blog-blog mereka.
Setelah diperiksa dan menunjukan kartu peserta yang sudah divalidasi kepada panitia di dalam ruangan wawancara, saya pun menuju ke meja wawancara no 7 sesuai dengan kelompok wawancara saya. Pertama yang saya lakukan adalah bersalaman dan meminta izin untuk duduk, setelah saya duduk satu persatu bapak-bapak interviewer pun memperkenalkan diri dan kebetulan semua interviewer saya adalah laki-laki. Memulai pembicaraan, bapak interviewer yg tengah mempersilahkan kepada saya untuk memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris, dan beliau pun berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. “Please introduce yourself and state what’s your strength” begitulah kurang lebih perintahnya, tapi karena saya kurang fokus, saya hanya mendengar “Please introduce yourself” nya saja, dan beliaupun bertanya dengan heran “just that?” lalu saya bilang, “yes, Sr.” setelah itu, baru saya sadar kalau pertanyaannya disuruh state my strength. Karena gak mungkin untuk mengulang lagi, ahirnya saya biarkan kesalahan pertama saya itu. Setelah itu pertanyaan pun berlangsung sebagai berikut:
S: Saya
A: Interviewer disebelah kiri saya
B: Interviewer tepat didepan saya
C: Interviewer disebelah kanan saya
B: “It seems that you have no language score for writing and speaking?” (Secara sertifikat bahasa asing yang saya kumpulkan adalah TOEIC yang hanya ada Listening dan Reading nya saja
S: “Yes, it is, Sr.”
B: “So, how we know that you have capability on them?
S: “I don’t know, but I can prove it now” (dengan pedenya ngomong pake bahasa Inggris, hehe *eits inget yah, tapi gak kepedean, biasa aja keep calm gitu*)
A: “Why do you choose to study abroad?”
S: “Well, I choose it since I realize that as the English teacher wanna be and my majoring is English I then need to improve my English significantly whether inside or outside the class, furthermore studying in English speaking country like Australia is the best choice I made”
A: “Well, saudara Diki, I have a question. (bapaknya sembari melihat buku panduan yang sepertinya terdapat beberapa pertanyaan). Saya pake bahasa Indonesia saja yah, Kalau misalkan nanti ada sedang belajar di Australia dan anda menemukan masalah, apa yang akan anda lakukan?
S: “Baik, Pak. Tergantung dari apa yang menjadi masalahnya, Pak. Kalau masalahnya hanya sebatas masalah kecil saya akan mencoba untuk menghubugi pihak Persatuan Pelajar Indonesia di Australia atau PPIA, tapi kalau memang masalahnya sudah menyangkut birokrasi atau Negara, maka saya akan langsung menghubungi KBRI yang ada di sana”
C: “Lulusan mana?”
S: “Saya lulusan dari Universitas Brawijaya, Pak”
B: “Jurusan apa?”
S: “Pendidikan Bahasa Inggris, Pak”
C: “Loh, UB ada jurusan pendidikan, kok agak aneh yah?”
S: “Ya, ada, pak. Saya juga pernah berpikir seperti itu pak”
B: “Ijazahnya sudah ada? Kok anda daftar hanya pake SKL?” (kebetulan waktu saya submit data ke LPDP via online ijazah saya memang belum keluar, makanya saya menggunakan SKL)
S: “Sudah ada, Pak”
C: “Mana, saya lihat!”
S: “Ini, Pak” (sembari deredeg mengeluarkan Ijazah yang masih di map Ijazah dan memberikannya kepada bapak C”
B: “Anda tau akreditas prodi anda apa?”
S: “Tau pak, tapi saya kurang yakin karena memang tidak ada pengumuman atau pernyataan resmi dari kampus yang saya terima mengenai akreditasi prodi saya. Tapi saya pernah mendengar kalau prodi saya sudah terakreditasi BAN PT, dengan nilai C”
C: “Nah, prodi anda itu aja C, gimana anda mau melanjutkan study?
S: “But, I know my capacity, Sr,”
C: “Iya, tapi anda dengan prodi anda C susah untuk study di luar negeri, mereka minimal menerima mahasiswa yang berasal dari prodi yang minimal sama akreditasinya, sedangkan prodi anda aja C”
S: “Saya tau itu, pak”
C: “Anda sudah dapat LoA?”
S: “Belum, Pak?” (waktu itu memang saya masih belum dapat LoA, jadi saya tambah down dan gak karuan bingung harus jawab apalagi dan bagaimana”
C: “Itu dia masalahnya, kalau anda mau ya anda kuliah di dalam negeri saja gak usah ke luar”
B: “Score bahasa Anda ini kalau di convert ke IELTS scorenya hanya 6, sedangkan minimal Australi itu 6.5, belum anda harus menambah writing dan speakingnya”
S: “I know that problem, Sr., but again my purpose studying abroad is like what I said before (lihat di atas, ada percakapan alasan) and for my score, I believe that I am a hard worker so I absolutely will make it. I am gonna try to fit with the requirement. (sembari meyakinkan bapaknya, walau saya berasal dari prodi yg terakreditasi C, tapi kampus saya terakreditasi A, dan prodi saya punsedang dalam proses akreditasi. Prodi saya adalah salah satu prodi baru di UB, jadi memang akreditasinya masih belum A)
C: “Saya rasa, anda belajar di dalam negeri pun susah untuk diterima kalau prodi anda C”
S: “I don’t think so, Sr., Saya rasa saya bisa membuktikan kalau saya bisa diterima diperguruan tinggi terbaik”
B: “Sudah ada komunikasi dengan pihak kampus yang dituju”
S: “Of course, Sr,. saya sudah mencoba untuk mendaftar ke Universitas di Australia melalui agen pendidikan, dan sekarang sedang proses menunggu LoA”
B: “Okay, saya rasa itu saja, bagaimana pak ada pertanyaan lagi? (sembari melihat ke interviewer A dan C)”
A,C: Sudah, Pak. (saya merasa tercengang, loh kok sudah yah, perasaan wawancaranya baru saja dimulai, saya sudah berpikir yang sangat aneh-aneh dan saya sudah berpesimis, wah ini sudah pertanda XXX”.
B: “Ya sudah kalau begitu, terimakasih Mas, beneran yah kalau nanti keterima harus bisa mengejar IELTS nya”
S: “yes, of course, Sr., Thank you, Sr. Assalamualaikum”
Selesai wawancara, saya keluar ruangan, dan saya tetap tersenyum sembari bersalaman dengan teman-teman lain yang sedang menunggu. Saya masuk ruang wawancara jam 15.25 dan 15.40 saya sudah keluar dari ruangan. Tapi setelah itu kesedihan saya tidak terbendung, dan saya langsung curhat ke kakak tingkat saya di UB yang kebetulan Mbak-mbaknya juga lagi ikut seleksi. Setelah puas dengan curhat, saya langsung menuju masjid shalat asar dan langsung cabut ke Malang lagi. Dan you know, perjalanan menuju Malang waktu itu macet total karena ada peristiwa kebakaran di jalan Lawang dan alhasil, sayapun sampai kosan temen di Malang jam 8 malam. *Loh, maaf jadi curhat dikit* 😀
Note:
Wawancara saya memang berlangsung sangat singkat, sepertinya hanya sekitar 10 menit saja untuk Tanya jawabnya. Dan pertanyaannya pun tidak neko-neko. Semua yang saya tulis diatas adalah kurang lebih percakapan yang saya alami ketika didalam ruangan, tidak persis sih, tapi itu mewakili semua pertanyaannya, dan sampai sekarang pertanyaan-pertanyaan itu masih terngiang-ngiang dipikiran saya. J Sesampai pulang dikosan, dan beberapa hari setelah test, saya merasa pesimis kalau saya tidak akan bisa lolos, hingga suatu hari ketika saya sedang mengajar, dan ada email masuk dari lpdp, ketika saya buka mata saya langsung tertuju ke tulisan LULUS yang sengaja di tulis terpisah diantara prakata-prakatanya. Seketika saya langsung sock, dan berulang kali say abaca email itu hingga saya yakin bahwa isi email itu menyatakan bahwa “Selamat anda lolos seleksi substansi besiaswa LPDP”. Rasa tak percaya saya masih besar, dan saya buka akun saya di LPDP dan di statusnya sudah di tulis “Lolos Seleksi Wawancara” serta ada tulisan besar di atas foto saya “Selamat Anda Lolos Seleksi Wawancara”. J Ini adalah salah satu kebahagiaan yang sangat luar biasa bagi saya dan mungkin sebentar lagi kebahagiaan kalian, Aamiin.
Demikian tulisan sharing test substansinya, ingat yah, setiap peserta akan menemuai situasi wawancara yang sangat berbeda-beda, tapi polanya hampir sama, kalau anda perhatikan percakapan diatas, ada satu interviewer yang sangat sinis (seolah memerankan peran antagonis) dan dua orang lainnya sngat baik dan ramah.
GoodLuck